Selasa, 11 Januari 2011

Umayyah binti Qais al-Ghiffariah, Sang Perawat di Medan Jihad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebuah kalung dihadiahkan Rasulullah SAW atas keberanian Umayyah binti Qais al-Ghiffariah turun ke medan Perang Khaibar. Meski seorang perempuan, keberanian Umayyah untuk membela agama Allah SWT sungguh luar biasa. Ia membela agama Allah sesuai dengan kemampuannya.

Wanita pemberani itu turun ke medan perang untuk membantu dan merawat para sahabat yang terluka. Kalung yang disematkan Rasulullah SAW di leher Umayyah, merupakan tanda kekaguman atas pengorbanan dan keberanian sang perawat mujahidah.

Umayyah berasal dari suku Ghiffar, keturunan Abu Dzar al-Ghiffari. Pada saat masih belia, cahaya iman yang ditebarkan Rasulullah SAW menyinari harinya. Ia pun rela menempuh perjalanan jauh demi bertemu tokoh idola sepanjang zaman, Rasulullah SAW. Umayyah menghadap Rasulullah dan berjanji untuk membantu perjuangan dakwah Islamiyah.

Pada tahun ke-7 Hijriah atau 629 M, pasukan Rasulullah SAW bertempur melawan orang-orang Yahudi yang tinggal di Oasis Khaibar, sejauh 150 kilometer dari Madinah atau Timurlaut Semenanjung Arab. Dengan demikian, pertempuran itu dikenal sebagai Perang Khaibar. Perang itu terjadi tak lama setelah Perjanjian Hudaibiyah.

Mendengar pasukan Muslimin akan berangkat ke medan perang, Umayyah bersama beberapa wanita dari Bani Ghiffar lalu menghadap Rasulullah SAW. "Wahai Rasulullah, kami ingin keluar bersamamu (ke Khaibar), kami ingin mengobati mereka yang luka dan menolong kaum Muslimin semampu kami," ujar Umayyah seperti dituturkan Ibnu Hisyam dalam "Para Syuhada Wanita Khaibar dan Kisah Wanita dari Suku Ghiffar."

Rasulullah SAW pun menjawab, "Berangkatlah atas berkah Allah SWT."

Saat itu, usia Umayyah masih belia. "Berangkatlah kami bersama beliau. Saat itu saya masih seorang gadis kecil," ungkap Umayyah. Di perjalanan, Rasulullah membonceng Umayyah di atas kudanya. Umayyah pun mengisahkan pengalaman yang tak pernah terlupakan saat bersama Rasulullah berjihad ke medan perang.

"Demi Allah, pada saat Rasulullah SAW turun pada suatu pagi dari kendaraannya dan menambatkan kudanya, tiba-tiba menetes darah dariku di atas pelana kudanya. Itulah haid pertama saya di atas kuda beliau. Saya benar-benar malu saat itu," papar Umayyah berkisah.

Rasulullah SAW melihat apa yang dialami Umayyah dan berkata, "Janganjangan kamu sedang haid?" Umayyah pun segera menjawab, "Benar, ya, Rasulullah." Lalu, Rasul pun meminta Umayyah membersihkan diri dengan air bercampur garam. Sejak peristiwa itu, Umayyah selalu membersihkan haidnya dengan air yang dibubuhi garam. Bahkan, di hari wafatnya, Umayyah berwasiat untuk dimandikan dengan air yang bergaram.

Pada Peperangan Khaibar itu, kaum Muslimin meraih kemenangan. Pasukan Muslimin di bawah komando Ali bin Abi Thalib berhasil meruntuhkan pintu Benteng Na'im--jantung terakhir perlawanan musuh. Benteng Na'im jatuh ke tangan pasukan Islam. Setelah itu, benteng demi benteng dikuasai. Seluruhnya dikuasai melalui pertarungan yang sengit. Orang-orang Yahudi lalu menyerah. Seluruh benteng diserahkan pada umat Islam. Nabi Muhammad SAW memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi warga Yahudi dan seluruh kekayaannya, kecuali Kinana bin Rabi', yang terbukti berbohong saat dimintai keterangan Rasulullah.

Dari Peperangan Khaibar itu, kaum Muslimin mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak. Seusai pertempuran, Rasulullah SAW memberikan penghargaan kepada Umayyah berupa sebuah kalung. Hadiah yang diberikan Rasulullah SAW itu begitu bermakna bagi Umayyah. Ia pun tak pernah melepaskan kalung itu dari lehernya sampai jasadnya dikubur di liang lahat, sesuai wasiatnya.

Umayyah begitu bangga mendapat penghargaan kalung dari Rasulullah SAW. Kelak, kalung tersebut akan menjadi saksi atas jasa dan perjuangannya. Pada hari Kebangkitan nanti, tutur Muhammad Ibrahim Salim dalam bukunya berjudul Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW, akan dibangkitkan sesuai kondisinya saat meninggal.

"Dari kisah ini, hendaknya para Muslimah meneladani jiwa kepahlawanan Umayyah yang mengikhlaskan dirinya untuk terjun ke medan laga demi mengobati luka dan menolong kaum Muslimin sekuat tenaga," ungkap Ibrahim Salim.
Kisah ini juga mengungkapkan kepada kita sikap seorang pemimpin Islam yang menghargai jasa para pejuang. 

Siapakah yang Membangun Ka'bah?

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH--Kabah berkali-kali rusak sehingga harus berkali-kali dibongkar sebelum dibangun kembali. Di Museum Haramain, benda-benda itu disim pan. Ada kotak tempat menyimpan parfum yang dulu pernah mengisi ruangan Kabah. "Ruang Kabah isinya hanya tiga pilar dan kotak parfum itu,'' ujar Abdul Rahman, menunjuk pilar-pilar dan kotak yang letaknya berjauhan.

Petugas Museum Haramain di Ummul Joud, Makkah, itu mengantar kami keliling melihat koleksi museum. Museum ini menyimpan benda-benda dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ada potongan pilar Kabah yang bentuknya sudah seperti kayu fosil berwarna cokelat tua, disimpan bersama kunci pintu Kabah dari kayu, juga berwarna cokelat tua. Pintu Kabah selalu dikunci dan pemegang kunci sudah turun-temurun dari satu keluarga, sejak sebelum Nabi lahir.

Tangga kuno yang pernah dipakai untuk masuk Kabah juga tersimpan di museum ini. Tersimpan pula pelapis Hajar Aswad serta pelapis dan pelindung Maqam Ibrahim. Jika orangorang berebut mencium pelindung Maqam Ibrahim, seharusnya yang layak dicium adalah yang tersimpan di museum ini karena usianya lebih tua dari pelindung yang sekarang dipasang.

Namun, tak ada anjuran mencium Maqam Ibrahim. Nabi hanya memberi contoh mencium Hajar Aswad.

Kotak parfum Kabah yang disimpan di museum ini juga berwarna cokelat tua. Sewaktu masih difungsikan di dalam Kabah, botol-botol parfum yang dipakai untuk mengharumkan ruangan Ka'bah disimpan di kotak itu.

Riwayat Kabah 

Kabah  awalnya dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Syist, melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Kabah ikut musnah dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin Ibnu Katsir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israil), bukan dari Nabi Muhammad.

Kabah yang dibangun Ibrahim pernah rusak pada masa kekuasaan Kabilah Amaliq. Kabah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat Ibrahim tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah Jurhum, Kabah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci.

Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Ka'bah selepas Nabi Ibrahim. Di masa Qusai ini, tinggi Ka'bah ditambah menjadi 25 hasta dan diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian disimpan oleh Qusai, hingga masa Ka'bah dikuasai oleh Quraisy pada masa Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad membantu memasangkan Hajar Aswad itu pada tempat semestinya.

Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy terhitung ada 2.645 tahun. Pada masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk mengharumkan Ka'bah. Kiswah Ka'bah pun terbakar karenanya sehingga juga merusak bangunan Ka'bah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga menambah kerusakan Ka'bah. Peristiwa kebakaran ini yang diduga membuat warna Hajar Aswad yang semula putih permukaannya menjadi hitam.

Untuk membangun kembali Kabah, bangsa Quraisy membeli kayu bekas kapal yang terdampar di pelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu kapal itu kemudian digunakan untuk atap Kabah dan tiga pilar Kabah. Pilar Kabah dari kayu kapal ini tercatat dipakai hingga 65 H. Potongan pilarnya tersimpan juga di museum.

Empat puluh sembilan tahun sepeninggal Nabi (yang wafat pada 632 Masehi atau tahun 11 Hijriah), Ka'bah juga terbakar. Kejadiannya saat tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi, yaitu di masa penguasa Abdullah bin Az-Zubair, cucu Abu Bakar, yang berarti juga keponakan Aisyah.

Kebakaran pada masa ini mengakibatkan Hajar Aswad yang berdiameter 30 cm itu terpecah jadi tiga.

Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Kabah diruntuhkan terlebih dulu. Abdullah AzZubair membangun Ka'bah dengan dua pintu. Satu pintu dekat Hajar Aswad, satu pintu lagi dekat sudut Rukun Yamani, lurus dengan pintu dekat Hajar Aswad. Abdullah bin Az-Zubair memasang pecahan Hajar Aswad itu dengan diberi penahan perak. Yang terpasang sekarang adalah delapan pecahan kecil Hajar Aswad bercampur dengan bahan lilin, kasturi, dan ambar.
Jumlah pecahan Hajar Aswad diperkirakan mencapai 50 butir.

Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima dari Bani Umayyah yang mulai menjadi khalifah pada 692 Masehi), memberitahukan bahwa Abdullah bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Ka'bah dan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bangunan Ka'bah.

Hajjaj ingin mengembalikan Kabah seperti di masa Quraisy; satu pintu dan Hijir Ismail berada di luar bangunan Ka'bah. Maka, oleh Hajjaj, pintu kedua--yang berada di sebelah barat dekat Rukun Yamani--ditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula, yakni berada di luar bangunan Ka'bah.

Akan tetapi, Khalifah Abdul Malik belakangan menyesal setelah mengetahui Ka'bah di masa Abdullah bin AzZubair dibangun berdasarkan hadis riwayat Aisyah. Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid hendak mengembalikan bangunan Ka'bah serupa dengan yang dibangun Abdullah bin Az-Zubair karena sesuai dengan keinginan Nabi. Namun, Imam Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Ka'bah sebagai bangunan yang selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin.

Pada 1630 Masehi, Kabah rusak akibat diterjang banjir. Sultan Murad Khan IV membangun kembali, sesuai bangunan Hajjaj bin Yusuf hingga bertahan 400 tahun lamanya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Abdul Aziz. Sultan inilah yang memulai proyek pertama pelebaran Masjidil Haram.

Replika mushaf di Museum ini tersimpan pula replika Quran mushaf Usmani yang bacaannya, susunan surah dan ayatnya, serta jumlah surah dan ayatnya dipakai sebagai panduan hingga sekarang. Yang berbeda cuma bentuk hurufnya.

Pada masa Khalifah Usman bin Affan (35 H) dibuatlah standardisasi penulisan Quran. Di masa itu, sahabatsahabat Nabi memiliki mushaf yang berbeda satu sama lain, baik dalam hal bacaan, susunan surah dan ayat, maupun jumlah surah dan ayat.

Mushaf yang dimiliki Ibnu Mas'ud, misalnya, tidak menyertakan Surat AlFatihah dan susunan surat yang berbeda. Surah keenam bukanlah Surah Al-An'am, melainkan Surah Yunus.

Quran Ali bin Abi Thalib juga tak memiliki Surah Al-Fatihah. Ali juga tak memasukkan surah ke-13, 34, 66, dan 96 ke mushafnya. "Ukuran mushaf Usman yang asli berbeda dari yang ini.
Ini hanya duplikat,'' ujar Abdul Rahman.

Senin, 06 Desember 2010

Percakapan Antara Penghuni Neraka & Surga

Allah Ta’ala berfirman :


“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepd penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan), “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikan kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?’ Mereka (penduduk neraka) menjawab, ‘Betul.’ Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu, ‘Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dzalim.’ (al-A’raf: 44) hingga firman-Nya,
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atay makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu.” Mereka (penghuni surga) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya di atas orang-orang kafir (al-A’raf: 50)

Tentang ayat tadi Ibnu Abbas seperti dikutip oleh Sufyan bin Uyainah dari Utsman ats-Tsaqafi, dari Sa’id bin Jubair mengatakan, “Seorang penghuni neraka memanggil temannya penghuni surga, ‘Aku sudah terbakar. Tolong beri aku air!’ Allah berfirman, ‘Jawab seruannya!’ Maka ia pun menjawab, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkannya atas orang-orang kafir.’*

Khulaid al-Ashri menjelaskan makna firman Allah yang isinya, “Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala.” (ash-Shaaffat: 55), yait di tengah-tengah neraka yang apinya sedang menyala-nyala, orang itu menyaksikan seonggok tengkorak sedang mendidih lalu berkata, “Itu tengkorak si polan temanku.” Sekalipun Allah mengenalkan ia pada temannya itu, ia akan sulit mengenalinya lantaran keelokannya sudah benar-benar berubah sama sekali. Pada saat itulah ia berkata seperti apa yang dikutip dalam Al-Qur’an, “Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku.” (ash-Shaaffat: 56)

Ahmad bin Abu al-Hawari meriwayatkan dari Abdullah bin Ghayyats, ia berkata, sesungguhnya al-Farazi mengatakan, “Setiap orang mukmin di surga memiliki empat buah pintu. Pertama, pintu masuk para tamu, yaitu para malaikat. Kedua, pintu masuk isteri-isteri mereka dari bidadari. Ketiga, pintu yang terkunci antara ia dan penghuni neraka namun ia bisa membukanya kapan saja kehendaki. Jadi, ia bisa memandang mereka untuk merasakan betapa besar nikmat yang ia peroleh di surga. Dan keempat, pintu yang menghubungkan dia dengan Dar al Salam, yaitu sebuah tempat untuk pertemuan dia dengan Tuhan, kapan saja ia mau.”


NB : Semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT dan terbebas dari belenggu api neraka. Amin…


Sumber : 
*Prahara Neraka, Ibnu Rajab al Hanbali

*Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tafsir Al Thabari VIII/144

Selamat Tahun Baru Islam 1432 H ^O^


Share With Moeslems mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1432 H. Semoga di tahun baru ini kita bisa menjadi hamba-hamba-Nya yang lebih baik dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Juga agar Indonesia terhindar dari segala bencana alam. Amin... ^U^