Jumat, 03 Desember 2010

Etika Dalam Berteman

Salah satu pembahasan yang menarik yang dibicarakan dalam kitab Maraqi al-‘Ubudiyah adalah adab atau etika dalam berteman. Dengan memperhatikan etika dalam pergaulan, akan membuat persahabatan menjadi semakin langgeng.

Teman adalah sahabat dalam pergaulan. Bergaul dengan teman yang baik, niscaya akan mengantarkan kita pada perbuatan yang baik pula. Sebab, teman yang baik akan senantiasa memberikan sesuatu yang terbaik. Karena itu, janganlah teman yang seperti ini disakiti. Sebaliknya, teman yang tidak baik akan membawa kita pada perbuatan yang tidak baik. Bergaul dengan teman seperti ini, dapat menjerumuskan kita pada hal-hal yang negatif.

Berkaitan dengan masalah ini, Imam Ghazali dan Syekh Nawawi menuliskan beberapa syarat atau adab dalam persahabatan atau memilih teman. Di dalam kitabnya ini, Syekh Nawawi menyebutkan setidaknya ada dua hal besar yang harus diperhatikan dalam pergaulan. Pertama, perhatikan terlebih dahulu tata cara berteman dan memilih teman yang baik, agar kita tidak ikut terjerumus dalam perbuatan yang tidak baik. Kedua, kewajiban yang harus dipenuhi dalam berteman.

Al-Ghazali mengatakan, bila engkau mencari seseorang untuk dijadikan teman dalam menuntut ilmu, serta urusan keagamaan dan duniawi, maka perhatikanlah lima hal.

Pertama, pintar. Berteman dengan orang yang pintar akan membawa kita menjadi makin pintar. Sebaliknya, berteman dengan orang yang bodoh, akan membuat diri kita menjadi bodoh. Dan kata al-Ghazali, tidak ada manfaatnya berteman dengan orang bodoh.

Ali bin Abi Thalib berkata, “Janganlah berteman dengan orang bodoh, karena engkau akan celaka.”

Kedua, memiliki akhlak yang baik. Berteman dengan orang yang berakhlaq baik, akan mengantarkan kita menjadi orang baik. Dia akan senantiasa memberikan nasehat yang baik dan melarang kita melakukan perbuatan maksiat.

“Sahabat sejati adalah orang yang selalu bersamamu. Ia rela berkorban untuk membantumu. Dan ketika engkau sedang ditimpa kesusahan, maka ia akan senantiasa memperhatikan dan menolongmu.” Ujar Ali bin Abi Thalib.

Ketiga, bergaullah dengan orang shaleh. Bergaul dengan orang shaleh akan membawa kita pada kedamaian dan ketenangan. Sedangkan bergaul dengan orang yang fasik akan membuat dirimu susah dan jiwamu tidak tenang.

Keempat, jangan tamak atau rakus. Berteman dengan orang yang tamak pada dunia, bagaikan racun yang membunuh. Dan kelima, bertemanlah dengan jujur. Jangan berteman dengan orang yang suka berdusta dan berlaku curang, karena dia akan membawa kita pada perbuatan menipu.
Adapun kewajiban seseorang dalam berteman, jelas Syekh Nawawi, senantiasa mau membantu teman yang sedang dalam kesusahan, baik dengan bantuan tenaga, pikiran, dan maupun materi (harta).

Kewajiban lainnya adalah senantiasa menyimpan rahasia teman, menutupi aibnya, dan tidak menyampaikan omongan lain yang mengecamnya, menyampaikan pujian orang lain atas dirinya, dan mendengarkan pembicaraan yang baik darinya tanpa berpura-pura.

Dalam salah satu riwayat disebutkan, bila berbicara dengan seorang teman, maka perhatikanlah. Pandanglah wajahnya, jangan berpaling. Sebab, orang yang berbicara dengan lawan bicaranya yang tidak mau memandangnya, berarti ia tidak memperhatikan apa yang dibicarakan. Wallahu a’lam.

Sumber : Republika no. 86 hal. B9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar