Tokoh


Ibnu Sina : "Bapak Kedokteran Modern" yang Multitalent


Setiap orang pasti pernah terkena penyakit. Entah itu penyakit yang ringan seperti batuk dan pilek maupun penyakit yang parah yang hanya bisa disembuhkan dengan operasi. Nah, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah pergi kemanakah kita ketika  terserang penyakit?

Tentu dokter jawabannya. Perkembangan kesehatan masa kini sudah begitu maju. Terbukti klinik kesehatan, puskesmas dan rumah sakit -bisa dibilang- sudah tersebar dimana-mana. Kita tinggal mendatangi salah satu tempat tersebut lalu berkonsultasi kepada sang dokter. Selanjutnya dokter akan memberitahukan penyakit apa yang kita alami dan resep obat. Tugas kita? Penuhi aturan dokter dan minum obat sesuai yang dianjurkan. Gampang sekali bukan?

Mudahnya akses kesehatan pada era modern seperti ini, maka tak afdhol rasanya jika kita tidak berterimakasih kepada "Bapak Pengobatan Modern", sang cendikiawan Muslim, siapa lagi kalau bukan Ibnu Sina (980-1037) atau lebih sering disebut Avicenna di dunia barat. Ialah seorang dokter terkemuka yang mengenalkan penyakit saraf kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan) di samping menjadi seorang filsuf dan ilmuwan. Bahkan lebih dari itu, ia juga merupakan seorang penulis yang produktif. Terbukti karyanya yang berjudul "QANUN FI THIB" menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. George Sarton (kimiawan Belgia pada 1884-1956) saja sampai menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu." 

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ia lahir pada 980 M/ 370 H di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, (sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 M di Hamadan, Perisa (Iran). Ayahnya adalah seorang sarjana terhormat Ismaili yang berasal Balkh Khorasan. Kala beliau lahir, ayahnya adalah adalah gubernur salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur (sekarang wilayah Afghanistan dan juga Persia).

Intelektualitas Ibnu Sina terlihat pada usia 5 tahun dimana pada saat itu ia telah menghapal Al-Quran dan menjadi seorang ahli puisi Persia. Dan pada usia 16 tahun, selain mempelajari teori kedokteran, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan. Bahkan pada usianya yang ke-18 ia memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan dan mengemukakan bahwa, "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai." Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.

Oh ya teman, ada yang lupa nih! Ibnu Sina pernah meraih gelar-gelar dan julukan yang prestisius lho... Di antaranya adalah "Medicorum Principal" atau "Raja Diraja Doktor" oleh kaum Latin Skolastik, "Raja Obat", dan dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai "Zenith", puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran. Nggak hanya itu saja, beliau juga menjadi "Dokter Raja" yaitu dokternya Raja Nuh 11 bin Mansur di Bukhara pada tahun 378 H/ 997 M (saat ia berusia 18 tahun). Ceritanya pada waktu itu penyakit sultan dalam keadaan parah. Namun lantaran tidak ada doktor lain yang bisa mengobati baginda, Ibnu Sina pun turun tangan . Kabar baiknya, keadaan sang raja berangsur-angsur membaik hingga pada akhirnya kesehatannya kembali pulih. Hebat banget kan?

Eits, nggak cuma terkenal di bidang kedokteran aja, beliau juga ahli di bidang geografi, geologi, kimia dan bahkan kosmologi. Widih..! Keren yaa?? Maka tak salah jika Reuben Levy (Profesor Persia, 28 April 1891-6 September 1966) mengemukakan bahwa Ibnu Sina telah menerangkan bahwa benda-benda logam sebenarnya berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap logam terdiri dari berbagai jenis. Nah, dari penerangan itulah ia dianggap mengembangkan ilmu kimia yang sebelumnya dirintis oleh Bapak Kimia Muslim, yakni Jabbir Ibnu Hayyan.

Ibnu Sina cukup berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Terbukti karya-karyanya -bisa dibilang- sudah menjadi rujukan dimana-mana, khususnya dalam bidang kedokteran.

Berikut adalah karya-karya beliau :

1. Bidang logika "Isaguji", "The Isagoge", ilmu logika Isagoge.

2.Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembagian ilmu-ilmu rasional.

3.Bidang metafizika , "Ilahiyyat" (Ilmu ketuhanan)

4.Bidang psikologi , "Kitab an-Nayat" (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa.

5. Fiad-Din yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi "Liber de Mineralibus" yakni tentang pemilikan.

6.Bidang sastra arab "Risalah fi Asab Huduts al-Huruf",risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf.

7.Bidang syair dan prosa "Al-Qasidah al- Aniyyah" syair-syair tentang jiwa manusia.

8.Cerita-cerita roman fiktif , "Risalah ath-Thayr" cerita seekor burung.

9.Bidang politik "Risalah as-Siyasah" (Book on Politics) – Buku tentang politik.

Cukup banyak karya dan hasil pola pikirnya yang dijadikan sebagai rujukan di dunia, khususnya dalam bidang kedokteran. Sampai pada akhirnya  dalam usia 58 tahun (1037 M) beliau pun dipanggil Sang Ilahi, tepatnya kala ia sedang mengajar di sebuah sekolah. Kini "Bapak Kedokteran Muslim" itu telah tiada. Kendati demikian namanya dikenang dalam sejarah serta menambah daftar cendikiawan-cendikiawan Muslim yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan.  Lantas, mungkinkah kita yang menjadi berikutnya, sebagai AVICENA masa kini?





Habib Ali al-Habsyi : Berawal Dari Mimpi, Disitulah Bermuara Percikan Ilmu

Siapa yang tak kenal Albert Einstein, Barrack Obama, Alexander Graham Bell, James Watt, Christopher Colombus, dan Thomas Alfa Edison? SWM rasa kalian semua pasti mengenalnya. Atau kalau pun tidak, minimal pernah mendengarnya. Ya, tak salah lagi, mereka memang tokoh-tokoh yang terkenal akan kreativitasnya, bahkan beberapa di antaranya masuk dalam kategori 100 tokoh paling berpengaruh. Namun bagaimana jika pertanyaannya diganti dengan nama “HabibAli Al-Habsyi Kwitang”? Hmmm... mungkin jarang orang yang mengenalnya.

Ironis memang, namun inilah kenyataannya. Kita orang islam namun kita jarang mengenal tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan islam. Ada pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Nah, maka dari itu rasanya ada baiknya jika kita mengenal tokoh yang menyebarkan ilmu di tanah betawi ini.

Habib Ali al-Habsyi adalah putera dari Habib Abdurrahman Alhabsyi dan ibunya adalah Nyai Salmah. Ketika akan melahirkan Habib Ali, Nyai Salmah bermimpi menggali sumur yang mengeluarkan air meluap dan membanjiri sekelilingnya. Habib Abdurrahman yang mendengar mimpi istrinya segera menemui Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih, meminta pandangan. “Kamu akan mendapatkan putra yang shaleh dan ilmunya melimpah keberkatannya,” ujar Habib Ahmad ketika itu.

Minggu tanggal 20 Jumadil Awal 1286 bertepatan tanggal 20 April 1870 Nyai Salmah melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Ali bin Abdurraahman al-Habsyi.

Habib Ali termasuk tokoh yang berjasa dalam perkembangan islam, khususnya di tanah 'tanjidor'. Terbukti pada 1920 beliau mendirikan taklim. Serta membangun masjid di Kwitang dengan nama Masjid Ar-Riyadh dan di sampingnya, dibangun pula madrasah dengan nama Unwanul Falah.

Menurut sejarawan Betawi, Umar Shahab, penjajah Jepang-- dalam upaya menarik dukungan masyarakat Indonesia-- telah mendekati para alim ulama yang punya karisma besar di tengah masyarakat. Setiap pagi, saat munculnya matahari, rakyat diharuskan membungkuk menghadap matahari. Tenno Heika, kaisar Jepang kala itu dan kaisar-kaisar sebelumnya oleh rakyaktnya dianggap putra dewa matahari.

Ketika itu, para ulama dan tokoh pejuang menolak keharusan ini karena dianggap sebagai perbuatan musyrik. Akhirnya, kebiasaan ini dihentikan. Habib Ali adalah salah seorang yang menolak kebijakan itu dengan menggelar taklim setiap Minggu pagi. Majelis Kwitang inilah yang kemudian memberi vitamin bagi masyarakat lain untuk menggelar taklim di tempat lain.

Namun sayang, di usianya yang ke-102 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Oktober 1968, beliau wafat. TVRI yang kala itu menjadi satu-satunya televisi pun turut mengabarkan berita duka itu kepada khalayak ramai. Kendati demikian tanah Jakarta tak akan pernah kering sebab percikan-percikan ilmunya terus mengalir lewat para penerusnya yang tersebar dimana-mana.

(Dari berbagai sumber)













Biografi Nabi Muhammad SAW versi Michael Hart

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.
Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

Tapi, penaklukan besar-besaran --di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab-- itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dariNabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan

Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 - 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.