Jumat, 19 November 2010

Idul Adha : Jam Weker Itu 'Akhirnya' Berbunyi

Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar…
Gema takbir berkumandang. Kaum muslim pun menyambutnya dengan sukacita. Betapa tidak, kemarin sebuah momentum berharga terjadi. Apalagi kalau bukan idul adha, hari dimana terjadinya pemotongan hewan qurban yang berupa sapi, kerbau ataupun domba. Berkenaan dengan itu SWM mengucapkan, selamat hari raya Idul Adha 1431 Hijriah. Semoga pada hari bersejarah ini kita bisa menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi. Amin…
Bagi sebagian orang, idul adha mungkin hanyalah peristiwa yang mengikuti apa yang pernah terjadi pada zaman Nabi Ibrahim AS. Kala itu Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya. Lalu begitu beliau hendak melaksanakannya, tiba-tiba saja sosok Nabi Ismail yang sedang berbaring digantikan oleh seekor kambing. Lalu berawal dari kisah itulah kini kita mengenal momentum berharga yang dinamakan hari raya Idul Adha.
Sebenarnya hari raya Idul Adha memiliki arti yang lebih luas daripada itu. Ia tak sebatas media bagi orang-orang yang mampu untuk menjalankan perintah Allah, tetapi juga ‘jam weker’ bagi kita semua tentang arti suatu kebersamaan & keseragaman. Kalau tidak percaya, lihat saja keadaan kaum dhuafa pada hari qurban! Bukankah ada perbedaan ketimbang hari-hari biasa? Ya, tentu saja. Jika biasanya mereka hanya makan nasi dicampur garam dan bahkan hanya air tajin, maka pada kesempatan emas seperti ini mereka pun bisa makan nikmat. Tidak ada yang membedakan mana yang mampu membeli qurban atau tidak, mereka semua berhak dan pasti akan merasakan betapa lezatnya daging hewan qurban! Dan satu hal yang perlu dicatat, semuanya seragam! Dari situ pula kita akan sadar tentang betapa pentingnya arti suatu kebersamaan.  Subhanallah…
Tak hanya itu saja, hari raya Idul Adha juga merupakan ‘pengingat’ kira-kira sejauh manakah cinta kita terhadap Sang Pencipta. Allah adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ia senantiasa mencurahkan kasih sayangnya kepada hamba-hamba-Nya sekalipun mereka jarang mematuhi apa yang diperintahkan-Nya. Nabi Ibrahim AS adalah bukti pemilik cinta itu. Nyatanya ia mau menjalankan perintah Allah SWT sekalipun harus menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail AS. Lantas, bagaimana dengan kita? Sudah bercerminkan kita dan bertanya, bisakah cinta yang kita miliki terhadap Allah setara dengan cinta yang dimiliki Nabi Ibrahim?
Idul Adha tetaplah idul adha. Hari kegembiraan umat Muslim dimana pada hari itu kita bisa melihat bagaimana caranya menyembelih binatang. Tak hanya itu saja, pada hari itu juga kita bisa membuat sate, rendang, dendeng ataupun semur. Namun sebenarnya dibalik itu semua, Idul Adha adalah momentum dimana ‘jam weker’ akhirnya berbunyi. Tinggal kita yang menjawabnya akankah kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi?*^O^

1 komentar: